6 Bulan Company Wellness Program. Program kesehatan karyawan untuk perusahaan anda!

6 Bulan Company Wellness Program. Program kesehatan karyawan untuk perusahaan anda! Lihat Detail

Mengenal Lebih Jauh Tentang BCM dan BMI

BMI (Body Mass Index) merupakan penentuan status gizi seseorang bedasarkan indicator tinggi badan dan berat badan. BMI dapat dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter yang dikuadratkan. Seseorang dapat diartikan memiliki status gizi yang normal jika memiliki nilai BMI dalam rentang 18-23 kg/m2. Jika nilai BMI berada diatas rentang tersebut, menandakan status gizi berada di kategori gizi lebih (overweight). Jika nilai BMI kurang dari rentang tersebut, maka seseorang berada pada kategori gizi kurang (underweight). Pengukuran BMI biasanya dapat digunakan dengan menggunakan pengukur tinggi badan dan timbangan berat badan pada umumnya.

Namun, penggunaan BMI hanya dapat digunakan untuk melihat status gizi secara umum saja, sehingga jika terdapat malnutrisi pada zat gizi tertentu didalam tubuh, hal tersebut tidak dapat terdeteksi walalupun seseorang memiliki status gizi dalam kategori normal. Walaupun secara praktiknya, pengukuran dengan BMI lebih sering digunakan karena biayanya yang rendah dan signifikan terkait penentuan status gizi secara proporsi tubuh, namun BMI menunjukkan kepekaan yang buruk dalam mendiagnosis pasien malnutrisi. Disisi lain, kita bisa menggunakan pengukuran BCM (Body Cell Mass) yang merupakan pengukuran massa tubuh yang dilihat dari komponen yang aktif secara metabolik yang menjadi salah satu prediktor terbaik untuk menentukan status gizi seseorang, dimana komponen yang diukur lebih terperinci dari massa tulang, persentase lemak, massa otot dan total air di dalam tubuh. 

Jika seseorang dengan pengukuran BMI dikategorikan normal, namun jika dilakukan pengukuran menggunakan BCM, hasil yang didapati belum tentu semuanya normal. Hal ini dikarenakan BCM mampu mengidentifikasi serta mengevaluasi massa otot dan keadaan jaringan protein yang masih baik, sehingga parameter BCM dapat menjadi titik tolak yang cukup akurat untuk mengidentifikasi komposisi tubuh yang terdampak yang disebabkan oleh suatu penyakit atau digunakan oleh orang dalam kondisi sakit. 

Pengukuran BCM diukur menggunakan alat bernama Bio Impedance Analysis (BIA) untuk mendapatkan ukuran berat sel tubuh kita. Selanjutnya, hasil BCM akan dibagi dengan tinggi badan untuk mendapatkan BCMI (Body Cell Mass Index) sehingga memiliki hasil penentuan status gizi yang lebih sensitif dibandingkan BMI terutama dalam penentuan perubahan jaringan protein dan otot dalam tubuh yang biasanya terjadi pada kondisi patologis tertentu. 

Sudahkah kamu mengukur status gizimu?

Sumber :
[1] Lim JU, Lee JH, Kim JS, Hwang YI, Kim T, Lim SY, Yoo KH, Jung KS, Kim YK, Rhee CK. Comparison of World Health Organization and Asia-Pacific body mass index classifications in COPD patients. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2017;12:2465-2475
https://doi.org/10.2147/COPD.S141295
[2] Talluri, A., Liedtke, R., Mohamed, E. I., Maiolo, C., Martinoli, R., & De Lorenzo, A. (2003). The application of body cell mass index for studying muscle mass changes in health and disease conditions. Acta diabetologica, 40 Suppl 1, S286–S289. https://doi.org/10.1007/s00592-003-0088-9