Banyak pekerja saat ini menghadapi tantangan gaya hidup yang kurang sehat. Sebagian besar pekerja menghabiskan waktu duduk di depan komputer atau berdiri lama di tempat kerja. Banyak juga pekerja tidak sadar pentingnya makan bergizi dan sering terburu-buru memilih makanan cepat saji karena alasan waktu dan kenyamanan. Pekerja modern saat ini menghadapi gaya hidup pasif, pola makan tidak sehat, minim aktivitas fisik, dan stres berlebih. Jika tidak ditangani, ini bisa menurunkan kesejahteraan dan kinerja.
Beberapa literatur lain mengidentifikasi hubungan positif gangguan kesehatan terhadap hilangnya waktu produktif yang diukur berdasarkan ketidakhadiran dan kehadiran pekerja. Di Indonesia terdapat tujuh penyakit tidak menular tertinggi yang akan mempengaruhi produktivitas kerja menurut data Riskesdas 2013 yaitu hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik, kanker, obesitas, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Berdasarkan hasil penelitian penyakit tersebut memiliki pengaruh positif terhadap terganggunya aktivitas kerja secara total. Berbagai penyakit tersebut mungkin diakibatkan gaya hidup yang buruk.

WHO dalam programnya “Promoting a Healthy Lifestyle at the Workplace, Program Be the Change (BTC)” menyebutkan bahwa gaya hidup sehat penting untuk mencegah penyakit tidak menular dan meningkatkan produktivitas kerja melalui lingkungan kerja yang kondusif. Dengan fokus program mencakup aktivitas fisik, nutrisi seimbang, tidur cukup, manajemen stres, dan dukungan kesehatan mental.
Maka dari itu, semakin kita memperhatikan kesehatan mental dan fisik, semakin mencerminkan kebiasaan sehat yang menguntungkan baik individu maupun produktivitas kerja. Gaya hidup sehat secara fisik, mental, sosial, dan finansial terbukti memiliki dampak kuat terhadap kinerja karyawan dan kualitas hidup secara menyeluruh. Dengan membangun lingkungan kerja yang mendukung gaya hidup sehat, organisasi dapat meraih produktivitas lebih tinggi dan karyawan yang lebih sejahtera.